Forward Proxy vs Reverse Proxy: Bedanya Apa Sih?
- account_circle SaidWP - Blog
- calendar_month Selasa, 2 Sep 2025
- visibility 126
- comment 0 komentar

Kalau kamu sering ngoprek jaringan atau sekadar baca-baca soal server, pasti pernah ketemu istilah proxy. Nah, masalahnya: ada dua tipe yang sering bikin kita bingung: forward proxy dan reverse proxy.
Sekilas mirip, sama-sama jadi “perantara.” Tapi cara kerjanya beda banget. Supaya gampang, yuk kita bahas dengan analogi sehari-hari biar nggak terlalu teknis.
Forward Proxy: “Titip Pesan” dari Klien
Bayangin kamu masih kecil, liburan ke Italia bareng orang tua. Kamu bilang ke ayah: “Aku mau pesan sembilan es krim!”
Pas pelayan datang, ayahmu cuma pesen satu es krim… dalam bahasa Italia.
Di sini:
- Kamu = klien (client)
- Ayahmu = forward proxy
- Pelayan = internet
Ayahmu jadi perantara, memfilter permintaanmu, bahkan “menerjemahkan” biar sesuai situasi.
Cara kerja forward proxy
- Klien mengirim request ke forward proxy
- Proxy ngecek, lalu meneruskan ke internet
- Server internet kirim respon ke proxy
- Proxy kirim balik ke klien
Use case forward proxy
Forward proxy banyak dipakai di sekolah, kantor, bahkan ISP di Indonesia (contohnya Indihome atau XL) buat:
- Caching: nyimpen data web (misalnya video YouTube populer) biar hemat bandwidth.
- Filtering: blokir situs tertentu sesuai aturan (misalnya situs judi atau “18+”).
- Anonimitas: nyembunyiin IP asli pengguna untuk privasi.
Kekurangan forward proxy
- Bisa nambah latency kalau cache miss.
- Perlu konfigurasi manual di sisi klien.
- Tidak melindungi server dari serangan, hanya melindungi/mengatur sisi pengguna.
👉 Jadi forward proxy cocok kalau kamu butuh kontrol dari sisi user atau jaringan lokal.
Reverse Proxy: “Satpam” di Depan Server
Sekarang balik ke analogi restoran tadi. Pelayan nggak langsung nyelonong ke dapur buat ketemu koki.
Ada kitchen expeditor (koordinator dapur) yang ngatur: pesanan A, buat koki es krim, pesanan B buat koki pasta.
Di sini:
- Pelayan = internet
- Kitchen expeditor = reverse proxy
- Koki = server
Reverse proxy ini ibarat satpam + koordinator. Server nggak langsung terekspos ke internet, semua lewat pintu yang sama dulu.
Cara kerja reverse proxy
- Klien kirim request ke reverse proxy
- Proxy terusin ke server yang tepat
- Server kirim balik respon ke proxy
- Proxy kirim ke klien seolah-olah dia server aslinya
Use case reverse proxy
Reverse proxy populer banget di dunia server modern. Bisa dipasang pakai Nginx, HAProxy, atau Traefik. Fungsi-fungsinya:
- TLS termination: urusan enkripsi/dekripsi biar server utama lebih ringan.
- Load balancing: bagi traffic ke banyak server biar stabil.
- Security: nyembunyiin IP server asli, mengurangi risiko DDoS.
- Caching: simpan konten statis biar loading lebih cepat.
- A/B testing: arahkan sebagian traffic ke versi aplikasi baru.
- Auth & Authorization: cek identitas pengguna sebelum kasih akses.
- Content Delivery Network (CDN): hampir semua CDN besar (Cloudflare, Akamai, Fastly) dibangun di atas konsep reverse proxy. Makanya banyak pemilik website Indonesia pakai Cloudflare buat percepat akses + amankan server.
Kekurangan reverse proxy
- Lebih kompleks dikelola.
- Bisa jadi single point of failure kalau nggak ada backup.
👉 Jadi reverse proxy pas buat kebutuhan server side, terutama kalau websitemu sudah mulai ramai pengunjung.
Kesimpulan
Singkatnya:
- Forward proxy = perantara dari sisi klien, cocok buat kontrol akses, caching, dan anonimitas.
- Reverse proxy = perantara dari sisi server, cocok buat keamanan, performa, CDN, dan skalabilitas.
Kalau kamu admin jaringan sekolah atau kantor di Indonesia, forward proxy masih jadi senjata andalan.
Tapi kalau kamu pegang website atau aplikasi dengan traffic besar, reverse proxy atau layanan CDN adalah kunci buat performa dan keamanan.
Jadi, proxy itu bukan sekadar “jalur muter-muter,” tapi strategi buat bikin internet lebih aman dan efisien.
Referensi:
- Penulis: SaidWP - Blog
Saat ini belum ada komentar